Pendekatan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pendekatan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
A. Pendahuluan.
Menurut UNESCO, pembelajaran yang efektif pada abad ini harus diorientasikan pada empat pilar yaitu, (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Keempatnya dapat diuraikan bahwa dalam proses pendidikan melalui berbagai kegiatan pembelajaran peserta didik diarahkan untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, menerapkan atau mengaplikasikan apa yang diketahuinya tersebut guna menjadikan dirinya sebagai seseorang yang lebih baik dalam kehidupan sosial bersama orang lain.
Dalam rangka merealisasikan ‘learning to know’, guru memiliki berbagai fungsi atau peran. Salahsatunya sebagai fasilitator, yaitu sebagai teman sejawat dalam berdialog dan berdiskusi dengan siswa guna mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.
Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaplikasikan keterampilan yang dimilikinya sehingga dapat berkembang dan dapat mendukung keberhasilan siswa nantinya.
Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya, bagi anak yang pasif peran guru pengarah dan fasilitator sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya dalam kegiatan belajar dan pengembangan diri. Selanjutnya, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu ditumbuhkembangkan termasuk dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses ‘learning to live together’ (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Dalam pelaksanaannya, tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah, sehingga tercapai proses pembelajaran seumur hidup (long life education). Untuk mewujudkan hal ini, sangat dibutuhkan kerjasama antara berbagai pihak, terutama antara peserta didik atau siswa dengan pendidik atau guru. Peran guru sebagai pendidik sangat penting; oleh karena itulah, guru dituntut dapat menerapkan berbagai metode yang efektif dan menarik bagi siswa dalam proses penyampaian materi pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang aktif dan interaktif adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) karena melibatkan seluruh peserta didik dalam bentuk kelompok-kelompok. Ada sejumlah hal yang harus dipahami oleh pendidik atau guru sebelum mengaplikasikan metode ini dalam proses pembelajaran di kelas.

B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif.
Menurut Zaini model pembelajaran adalah “pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.”
Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan, serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject centered ke learner centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran .
Holubec dalam Nurhadi mengemukakan belajar kooperatif “merupakan pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh.”
Sementara itu, Bruner dalam Siberman menjelaskan bahwa belajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia yang mendasar untuk merespons manusia lain dalam mencapai suatu tujuan.
Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran yang lain. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya keterampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah khas di antara model-model pembelajaran karena menggunakan suatu struktur tugas dan penghargaan yang berbeda untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Struktur tugas memaksa siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Sistem penghargaan mengakui usaha bersama, sama baiknya seperti usaha individual.
Model pembelajaran kooperatif berkembang dari kebiasaan pendidikan yang menekankan pada pemikiran demokratis dan latihan atau praktek, pembelajaran aktif, lingkungan pembelajaran yang kooperatif dan menghormati adanya perbedaan budaya masyarakat yang bermacam-macam.
Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kerja kelompok kecil, berlawanan dengan pembelajaran klasikal (satu kelas penuh), dan terdiri 6 (enam) tahapan pokok: menentukan tujuan dan pengaturan, memberi informasi kepada siswa melalui presentasi atau teks, menyusun siswa dalam kelompok belajar, menentukan kelompok dan membantu kelompok belajar, menguji atau melakukan tes untuk mengetahui keberhasilan dari tugas-tugas kelompok, penghargaan baik terhadap prestasi individu maupun kelompok.
Diperlukan lingkungan pembelajaran yang kooperatif dari pada kompetitif dalam hal tugas-tugas dan penghargaan.
Dasar-dasar teoretis dan empiris mendukung penggunaan model pembelajaran kooperatif untuk tujuan pendidikan berikut: mendapatkan tingkah laku kooperatif, hasil kerja teoreitis dan memperbaiki hubungan-hubungan yang tidak harmonis.
Satu cara baik dari pengajaran adalah salah satu faktor untuk banyak mutu dari proses belajar. Untuk menyadari ini, model belajar kerjasama dipertimbangkan salah satu cara efektif di proses belajar. Apa bekerja-sama belajar? Belajar kerjasama adalah satu model belajar fokus itu pada group. Pelajar, dengan karakteristik berbeda, kemampuan, dan latar-belakangi, dibagi ke dalam group. Belajar seperti itu memodelkan memberikan prioritas ke bantuan kerjasama di antara golongkan dalam pemecahan masalah dan di penerapan pengetahuan agar menjangkau obyektif belajar. Beberapa jenis belajar kerjasama adalah Jigsaw (Gergaji Ukir), NHT, STAD, TAI,Think-Pair-Share (Memikirkan Andil Pasangan), Picture and picture ( Gambar dan Gambar), Problem Solving ( Pemecahan masalah), Problem posing (Bersikap masalah), TGT, CIRC, dan Cooperatif scrip (Skrip Kerjasama).



C. Tujuan Pembelajaran Kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar terdapat efek (pengaruh) di luar pembelajaran akademik, khususnya peningkatan penerimaan antarkelompok serta keterampilan sosial dan keterampilan kelompok.
Secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa Pembelajaran kooperatif bertujuan dalam bidang:
• Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
• Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
• Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.
Perlunya pendekatan pembelajaran kooperatif didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
1. Siswa berbeda satu dengan yang lain. Masing-masing memiliki latar belakang, pengalaman, gaya belajar (learning style), prestasi, dan keinginan/kehendak yang khas. Guru tidak boleh menganggap kelas sebagai kumpulan siswa yang seragam. Namun di lain pihak, guru juga tidak mungkin memperhatikan kekhasan siswa satu demi satu.
2. Belajar membutuhkan bermacam-macam konteks. Dengan bekerja bersama, tiap-tiap anggota kelompok memberi sumbangan sesuai dengan konteks yang dikenalnya masing-masing.
3. Belajar bukan hanya terjadi dalam diri seseorang secara individual tetapi lebih-lebih merupakan proses sosial antara individu dengan orang-orang lain.
4. Hubungan saling-bergantung secara sosial (social interdependence) di antara orang-orang yang berinteraksi mempengaruhi hasil interaksi di antara mereka.
5. Sebagai bagian dari kecakapan hidup (life skills), kecakapan interpersonal siswa perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran. Kerja bersama dalam kelompok kecil melatih kecakapan interpersonal dan sekaligus menjadi sarana pencapaian hasil belajar.



D. Prinsip dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif.
Menurut johnson & Johnson, prinsip pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan Karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.
Karakteristik merupakan perilaku yang tampak dan menjadi karakter dari kegiatan pembelajaran kooperatif. Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995), antara lain:
1. Penghargaan kelompok, pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kretaria yang ditentukan
2. Pertanggung jawaban individu, keberhasilan kelompok bergantung dari pembelajaran setiap anggota kelompok. Pertanggung jawaban itu menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling mendukung, saling membantu dan saling peduli.
3. Kesempatan yang sama untuk berhasil, pembelajaran kooperatif menggunakan metode penilaian untuk menentukan nilai perkembangan individu. Nilai perkembangan ini berdasarkan pada peningkatan nilai yang diperoleh siswa dari tes awal. Dengan menggunakan nilai ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang maupun tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan berbuat sesuatu yang baik bagi kelompok.
Empat element dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Johnson & Johnson (dalam Rinawati:2002) antara Lain:
1. Saling ketergantungan positif.
Untuk mensukseskan pembelajaran secara kooperatif, siswa harus mengerti pentingnya saling ketergantungan, bahwa sistem harus memiliki persepsi "berenang atau tenggelam bersama.”
2. Adanya interaksi tatap muka langsung.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar dengan saling bertatap muka, berhadapan dan berinteraksi secara langsung. Dengan demikian siswa harus mengembangkan kemampuan komunikasi yang efektif dan efisien.
3. Adanya tanggung jawab individu.
Setiap anggota dalam kelompok harus mempelajari materi secara tuntas, belajar kooperatif tidak berbeda dengan belajar tuntas. Sehingga dalam pembelajaran kooperatif sangatlah penting pemahaman guru terhadap tingkat kemampuan setiap siswa.
4. Adanya keterampilan menjalin hubungan interpersonal.
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial, seperti tenggang rasa, bersikap sopan terhadap teman dan dalam mengkritik ide orang lain, berani dalam mengemukakan pendapat dan mempertahankan pendapat, serta berbagai keterampilan sosial sengaja dilatihkan.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman.

E. Enam langkah model pembelajaran kooperatif.
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2. Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi, lewat bahan bacaan atau media lainnya.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4. Membimbing kelompok belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
5. Evaluasi dan pemberian umpan balik.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Memberikan penghargaan.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Penghargaan kelompok (team reward) diberikan kepada tiga katagori kelompok yang terdiri dari kategori Good Team, Great Team, dan Super Team. Anggota kelompok harus ditentukan oleh guru, bukan pilihan siswa, karena bila siswa yang memilih maka mereka cenderung memilih teman yang mereka sukai. Guru dalam memilih dapat berdasarkan rasa suka, tidak suka atau kombinasi keduanya sebagai bahan pertimbangan.

F. Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif.
1. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.
2. Membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain.
3. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip.
4. Membantu siswa mengenali adanya suatu masalah dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah.
5. Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya, dan
6. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Di Kelas dan Sekolah Sebagai Pusat Pengembangan Karakter

Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif dan Teknik Aplikasinya

Jawaban modul 2.1.a.3 Program Guru Penggerak